usaha budidaya sidat yang menguntungkan

Budidaya Sidat, Pasar Mancanegara Lebih
Memikat
Thursday, 01 October 2009
Pantai Selatan Indonesia menyediakan bibit sidat
secara melimpah dan cuma-cuma. Pasar luar
negeri pun siap menampungnya bahkan berani
mematok dengan harga tinggi. Namun hingga
saat ini pembudidaya sidat masih sepi peminat.
Peluang yang disia-siakan? Russanti Lubis
Kelezatan olahan belut bisa jadi banyak yang
sudah membuktikannya. Tapi bagaimana dengan
sidat? Mendengar nama binatang ini, mungkin
sebagian dari Anda ada yang mengernyitkan
dahi. Bisa dimaklumi, selain jarang dijumpai di
pasar ikan, karena harganya yang tergolong
mahal, sidat ternyata kalah popular dengan
saudaranya yakni belut.
Meski terlihat mirip, menurut Halim, sidat bukan
belut. Secara fisik belut memiliki bentuk kepala
lancip dan bulat, sedangkan hewan yang juga
dikenal dengan nama moa ini mempunyai bentuk
kepala segitiga, badan berbintik-bintik, dan ekor
yang mirip ekor lele. Sidat juga bukan belut
berkuping. Karena, yang selama ini dianggap
telinga, sebenarnya adalah sirip.
Dilihat dari ukurannya, panjang tubuh belut akan
mentok di kisaran 60 cm. Sedangkan panjang
sidat berkisar 80 cm −100 cm (sumber lain
menyatakan, panjang sidat bisa mencapai 125
cm, red). Bobot terberat binatang ini juga bisa
menyentuh angka 1 kg. Bahkan, di Pulau
Enggano, Propinsi Bengkulu beratnya bisa sampai
10 kg!
Uniknya, permintaan akan sidat justru lebih
banyak datang dari luar negeri terutama negara di
kawasan Asia Timur. “Untuk pasar ekspor, dulu
sidat yang diminta seberat 200 gr−250 gr.
Sekarang permintaan lebih banyak untuk sidat
yang beratnya lebih 500 gr tapi kurang dari 1 kg.
Harga belinya Rp90 ribu, tapi kami menawarkan
Rp120 ribu per ekor, ” ujar pria, yang biasa disapa
Pak Haji ini.
Untuk baby sidat, Pak Haji melanjutkan, pasar
ekspor berani membayar Rp700 ribu −Rp900 ribu
per kilogramnya lebih tinggi dari pasar lokal yang
mematok harga Rp400 ribu −Rp600 ribu per
kilogramnya. “Satu kilogram berisi 5 ribu−7 ribu
ekor baby sidat berumur sehari dan berukuran 2
inci," jelas supplier sekaligus pelatih pembesaran
sidat ini.
Benih sidat yang disediakan oleh alam secara
gratis dan melimpah ini, dapat diperoleh di
sepanjang Pantai Selatan hingga Filipina. Hewan
tersebut sering muncul ke permukaan pantai saat
tak ada cahaya bulan. "Dulu, saya
memperolehnya di Cilacap. Tapi, ukurannya agak
besar. Sementara, untuk yang masih baby,
banyak terdapat di sepanjang Pantai Selatan," kata
kelahiran Brebes, Jawa Tengah, 67 tahun lalu itu.
Di samping yang bermotif polos, ia
menambahkan, ada juga sidat (Latin: Anguilla Sp,
red.) yang bermotif kembang, yang banyak
dijumpai di Indonesia Bagian Timur. "Rasanya sih
sama saja, sangat gurih. Karena, ia mengandung
minyak dan protein tinggi," ucap Pak Haji, yang
memiliki stok 1 ton sidat jenis Anguilla Marmorata
ini.
Ulasan selengkapnya dapat dibaca di Majalah
Pengusaha edisi 96/Juli 2009.

Tidak ada komentar: