Makanan sebagai pengganda modal.
Berkembangnya hasrat manusia yang menuntuk pemenuhan kebutuhannya menimbulkan suatu penyesuaian - yang bagi Marx merupakan lahan kritis tempat manusia menonjolkan karakter mereka melalui kegiatan kerja, pemanfaatan dan adaptasi sumber daya alam. Argumen Marx bermula dari perbedaan antara produksi yang menimbulkan manfaat langsung untuk pembuatnya atau memproduksi sesuatu dengan tujuan semata-mata untuk dipertukarkan di pasar. Proses kedua inilah yang biasa diistilahkan dengan komoditas. Hadirnya komoditas ini menyebabkan kesadaran manusia dinyatakan dalam produk materi buatan manusia.
Kemudian, produk materi ini dibuat untuk memenuhi keinginan dan selera masyarakat dalam menikmati makanan dengan cara menghadirkan beragam komoditas. Selain itu tak dapat dipungkiri komoditas ini mulai dan dikembangkan juga karena satu tujuan, yakni mendatangkan laba. Berdasarkan inilah para pemilik modal mulai membaca peluang , dan lantas menjadi berdirinya industri makanan.
Dalam industri makanan ini, konsumsi masyarakat seakan dimanjakan. Inilah strategi yang diterapkan oleh kapitalisme global untuk tetap bertahan. Agar produksi tetap berlangsung dengan lancar, maka tidak ada jalan lain bagi produksi selain menciptakan konsumsi, yang artinya secara tidak langsung juga menciptakan kebutuhan - yang telah terdistorsi secara sistematis sebagai usaha pencarian keuntungan kapitalis.
Strategi yang diterapkan dengan memperbanyak produksi hingga barang yang diproduksi terkadang malah melebihi kapasitas yang seharusnya (hyper comodity). Tentu ini semua tak lain karena ada unsur pencarian laba, sesuai dengan jargon kapitalisme global yang menginginkan percepatan arus modal. Maka diciptakan pula segala hal dengan percepatan yang sama, mulai dari percepatan produksi, sirkulasi dan akhirnya yang menghasilkan berbagai komoditi yang cepat dikonsumsi. Dan hal ini memunculkan tempo yang cepat juga untuk konsumsi, yang sejatinya juga mempercepat alur kehidupan manusia.
Keadaan ini terjadi pada beberapa komoditas makanan yang telah mengglobal dalam hal produksi dan pemasarannya. Sebut saja PT. Fastfood Indonesia Tbk. yang operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 mendulang suksek QSR (Quick servise Restaurant) asing pertama. Kemudian diikuti dengan penambahan restoran di kota-kota besar lainnya di Indonesia, pada tahun 2006 ini telah berhasil membangun 270 restoran termasuk 1 unit mobile catering yang tersebar di 60 kota di Indonesia, dan mempekerjakan 10.293 karyawan dengan total penjualan lebih dari Rp. 1,276 triliun pada akhir 2006, untuk McD dan sejumlah makanan dengan sistem waralaba lainnya.
Sumber: majalah espose FE UNEJ edisi 27 oleh reny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar