Jalan hidup seseorang memang tidak pernah ditebak, misalnya seorang
pensiunan pegawai negeri sipil dari Pusdiklat Pertamina kini sukses
sebagai pengusaha ikan asap.
Adalah Amril Lubis, seorang pengusaha ikan asap yang saat ini produk dagangannya sudah sangat terkenal di kalangan peritel modern. Padahal produksi ikannya ia olah dari sebuah kampung di kawasan Citayam Bogor, Jawa Barat.
Bayangkan saja, dulunya dia hanya berjualan dari mulut ke mulut atau hanya menjajakan dagangangannya di gerai di pameran-pameran yang diikutinya.
"Kalau dibandingkan dengan pedagangan lain yang ngurus surat ini itu waktu mau masuk, saya dulu didatangi ke rumah," ujarnya kepada detikFinance pekan lalu.
Lubis menceritakan pengalaman pertamanya mengikuti pameran, ia pada waktu itu mewakili Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2003. Setelah itu, Lubis mulai mengikuti berbagai macam pameran, baik pameran makanan minuman atau pun pameran yang berskala nasional tahunan yang diadakan di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran.
Kemudian, setelah mendapatkan sertifikat makanan halal dari MUI, Lubis pun semakin gencar mengikuti pameran-pameran. Pada tahun 2005, ketika ikan asapnya mengikuti pameran di UKM yang diadakan oleh Kementerain Koperasi dan UKM di gedung SMESCO, dirinya diundang untuk mengunjungi salah satu pasar ritel modern yang terkenal, Giant, yang berada tidak jauh dari tempat pameran tersebut.
"Waktu pameran UKM di SMESCO, saya tiba-tiba dapet telepon. katanya diminta untuk datang. Datangnya ke mana saya juga bingung. Ternyata Cuma nyebrang gedung SMESCO itu ketemu Giant, saya disuruh ke sana. Akhirnya ketemu dan ngobrol dengan bosnya," ujarnya.
Dua tahun kemudian, pada tahun 2007, Lubis melanjutkan bisnisnya, ia didatangi oleh seseorang yang mengaku dari PT Carrefour Indonesia. Ia diajak untuk bergabung dan menjual ikan asapnya di pasar ritel Carrefour. Untuk yang kali ini, Lubis menceritakan, Carrefour mengaku mendapatkan informasi dari Pertamina yang dulu pernah ia bekerja.
"Habis saya ke Kuala Lumpur untuk ikut pameran food and beverages. Saya diutus dulu sama Pertamina. Pas saya pulang, orang dari Carrefour datang ke rumah tuh menawarkan, saya mau nggak jualan di sana," imbuhnya.
Lubis menambahkan, hal yang sama pun didapatnya ketika ikan asapnya akan masuk ke Hypermart. Dirinya didatangi unutk diajak bekerja sama. "Saya nggak tahu mereka dapet dari mana. Mungkin ada yang ngambil kartu nama atau brosur saat pameran. Saya tiba-tiba ditelpon terus datang ke rumah," ungkapnya.
lebih lanjut ia menceritakan, untuk menjual di Carrefour, ikan asap buatannya sudah mempunyai kemasan khusus yang berbeda apabila dijual di pasar-pasar ritel lainnya. Namun, dari sisi kualitas yang didapat dari ikan asap yang dijual di manapun sama.
"Kalau mau jual di Carrefour harus pakai kemasan sendiri, pakai kemasan plastik terus divakum. Kalau yang lain masih pakai plastik di dalamnya terus dibungkus kardus," jelasnya.
Lubis memaparkan, nama yang digunakan untuk berjualan di pasar-pasar ritel modern adalah IACHI ikan asap Citayam. Sampai saat ini, dari hasil jualannya ke pasar ritel omset yang diterimanya per bulan mencapai Rp 40 juta.
Lubis memiliki tempat tersendiri untuk memelihara ikan dan membuatnya menjadi ikan asap di Jalan Akar Wangi Raya Rt 01/01 Kampung Sawah, Desa Raga Raya, Citayam, Bogor.
Berikut ini adalah harga ikan asap yang dijual Lubis di pasar ritel modern. Kemasan plastik vakum 195 gram:
Adalah Amril Lubis, seorang pengusaha ikan asap yang saat ini produk dagangannya sudah sangat terkenal di kalangan peritel modern. Padahal produksi ikannya ia olah dari sebuah kampung di kawasan Citayam Bogor, Jawa Barat.
Bayangkan saja, dulunya dia hanya berjualan dari mulut ke mulut atau hanya menjajakan dagangangannya di gerai di pameran-pameran yang diikutinya.
"Kalau dibandingkan dengan pedagangan lain yang ngurus surat ini itu waktu mau masuk, saya dulu didatangi ke rumah," ujarnya kepada detikFinance pekan lalu.
Lubis menceritakan pengalaman pertamanya mengikuti pameran, ia pada waktu itu mewakili Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2003. Setelah itu, Lubis mulai mengikuti berbagai macam pameran, baik pameran makanan minuman atau pun pameran yang berskala nasional tahunan yang diadakan di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran.
Kemudian, setelah mendapatkan sertifikat makanan halal dari MUI, Lubis pun semakin gencar mengikuti pameran-pameran. Pada tahun 2005, ketika ikan asapnya mengikuti pameran di UKM yang diadakan oleh Kementerain Koperasi dan UKM di gedung SMESCO, dirinya diundang untuk mengunjungi salah satu pasar ritel modern yang terkenal, Giant, yang berada tidak jauh dari tempat pameran tersebut.
"Waktu pameran UKM di SMESCO, saya tiba-tiba dapet telepon. katanya diminta untuk datang. Datangnya ke mana saya juga bingung. Ternyata Cuma nyebrang gedung SMESCO itu ketemu Giant, saya disuruh ke sana. Akhirnya ketemu dan ngobrol dengan bosnya," ujarnya.
Dua tahun kemudian, pada tahun 2007, Lubis melanjutkan bisnisnya, ia didatangi oleh seseorang yang mengaku dari PT Carrefour Indonesia. Ia diajak untuk bergabung dan menjual ikan asapnya di pasar ritel Carrefour. Untuk yang kali ini, Lubis menceritakan, Carrefour mengaku mendapatkan informasi dari Pertamina yang dulu pernah ia bekerja.
"Habis saya ke Kuala Lumpur untuk ikut pameran food and beverages. Saya diutus dulu sama Pertamina. Pas saya pulang, orang dari Carrefour datang ke rumah tuh menawarkan, saya mau nggak jualan di sana," imbuhnya.
Lubis menambahkan, hal yang sama pun didapatnya ketika ikan asapnya akan masuk ke Hypermart. Dirinya didatangi unutk diajak bekerja sama. "Saya nggak tahu mereka dapet dari mana. Mungkin ada yang ngambil kartu nama atau brosur saat pameran. Saya tiba-tiba ditelpon terus datang ke rumah," ungkapnya.
lebih lanjut ia menceritakan, untuk menjual di Carrefour, ikan asap buatannya sudah mempunyai kemasan khusus yang berbeda apabila dijual di pasar-pasar ritel lainnya. Namun, dari sisi kualitas yang didapat dari ikan asap yang dijual di manapun sama.
"Kalau mau jual di Carrefour harus pakai kemasan sendiri, pakai kemasan plastik terus divakum. Kalau yang lain masih pakai plastik di dalamnya terus dibungkus kardus," jelasnya.
Lubis memaparkan, nama yang digunakan untuk berjualan di pasar-pasar ritel modern adalah IACHI ikan asap Citayam. Sampai saat ini, dari hasil jualannya ke pasar ritel omset yang diterimanya per bulan mencapai Rp 40 juta.
Lubis memiliki tempat tersendiri untuk memelihara ikan dan membuatnya menjadi ikan asap di Jalan Akar Wangi Raya Rt 01/01 Kampung Sawah, Desa Raga Raya, Citayam, Bogor.
Berikut ini adalah harga ikan asap yang dijual Lubis di pasar ritel modern. Kemasan plastik vakum 195 gram:
- Ikan Marlin Rp 16.500
- Ikan Layaran Rp 15.000
- Ikan Tuna Rp 14.500
- Ikan Cakalang Rp 13.500
- Ikan patin Rp 13.500
- Ikan lele Rp 13.500
- Ikan Pati Rp 12,500
Iachi Ikan Asap Citayam
Amril Lubis
Penjualan:
Jl. Wisma Karti (Hankam) No 7 Ragunan Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12550
Work Shop:
Jl. Akar Wangi Raya Rt 01/01
Kp. Sawah, Desa Raga jaya Citayam Bogor
Email: ikanasap_petikancitahalus@yahoo.com
(ade/hen)
http://finance.detik.com/read/2011/08/04/112544/1696309/480/ikan-asap-citayam-mengepul-hingga-ritel-moderen