Tawaran business opportunity (BO) atau peluang usaha yang dikemas
melalui tawaran kemitraan kini semakin marak. Dalam beberapa kasus,
konsep ini kadang-kadang merugikan si mitra, karena selain tak mendapat
jaminan usahanya akan untung, para mitra secara tak langsung hanya
dijadikan sebagai tenaga penjual saja dan biasanya si pemegang merek
akan melepas begitu saja mitranya.
Nah, CV Rofa Food Indonesia pengembang kemitraan Roti Maryam atau yang biasa dikenal dengan Roti Cane mencoba melakukan terobosan dengan memberikan garansi bagi paket kemitraan yang telah dibeli investor. Pihak Rofa menawarkan pengambilalihan pengelolaan operasional sementara bagi si mitra yang belum mampu memutar usaha dengan sukses.
"Kalau diambil alih, kita coba dulu, operasionalnya untuk recovery kalau sudah bagus kita serahkan lagi ke mitra," kata General Manager Marketing CV Rofa Food Indonesia Ramadhiyan dalam perbincangannya dengan detikFinance.
Berdasarkan pengalaman, proses recovery semacam ini bisa berlangsung dua bulan. Kondisi semacam ini terjadi karena faktor pribadi si mitra yang belum sepenuh hati untuk mengelola bisnis BO. Ramaddhiyan menuturkan umumnya banyak ibu-ibu mau coba-coba saja sehingga perlu suntikan semangat wirausaha.
Namun kata Ramadhiyan, skema itu adalah kemungkinan terburuk dari usaha kemitraan Roti Maryam. Umumnya dari 70 mitra yang saat ini sudah bergabung, sebagian besar berjalan lancar sesuai ekspektasi.
"Kita sebelum memulai kita tanamkan semangat kepada mitra. Mottonya sekali bendera dikerek ke atas pantang turun lagi," katanya.
Ia menjelaskan konsep kemitraan Roti Maryam baru dimulai sejak Januari 2011, meski sejatinya usaha ini sudah dikelola sejak 2001. Produksi roti maryam yang selama ini menjadi makanan khas Timur Tengah dikembangkan oleh pasangan Muniroh dan Fauzi Husein asal Condet. Berangkat dari keahlian membuat roti maryam yang biasa dikonsumi untuk makanan di rumah, akhirnya pasangan ini memutuskan menjadikan bisnis yang menjanjikan.
"Sebelum Pak Husein Fauzi (putra pendiri Rofa Food) aktif, masih dikelola secara tradisonal," katanya.
Ramadhiyan menjelaskan sebagai makanan yang belum begitu familiar bagi masyarakat Indonesia, pasar Roti Maryam tetap menjanjikan. Roti Maryam banyak dikonsumsi oleh konsumen keturunan Timur Tengah di Indonesia. Khusus kawasan Sumatera, roti ini relatif sudah banyak penggemarnya di luar kalangan Timur Tengah.
"Sudah ada 70 gerai, awalnya hanya di Condet. Semuanya masih di Jabodetabek, paling jauh di Bandung Jalan Soekarno-Hatta," katanya.
Beberapa cafe dan rumah makan di Jakarta telah menjadi mitra Rofa Food antara lain Sisha Cafe Citos, Sisha Cafe Kemang, Little Baghdad Kemang, Cafe Cendana Joglo, RM Raden Saleh, RM Sate Tegal Abu Salim Condet, RM. Lebanon Sabang dan lain-lain.
"Pelanggan kami diantaranya dari Singapura, Brunei dan Malaysia, banyak yang pesan dari salah satu agen kami," jelas Ramadhiyan.
Bagi investor yang berminat, Rofa Food menawarkan paket bisnis Rp 10 juta yang mencakup booth stand kios (gerobak), freezer display, alat promosi, spanduk dan brosur dan web. Seperti paket BO lainnya, para mitra akan mendapat pelatihan mengelola bisnis Roti Maryam ini.
Ia menjelaskan untuk urusan margin, si mitra memiliki kebebasan untuk memperoleh keuntungan. Menurutnya dari harga bahan baku satu potong Roti Maryam dalam kondisi belum matang atau beku dijual Rp 5000, maka si mitra sudah bisa mengantongi keuntungan Rp 1500 per potong.
Untuk bisa mendapat margin yang lebih tebal, paket tawaran bisnis ini juga memberikan kebebasan bagi si mitra untuk menjual produk variasi Roti Maryam seperti pemberian topping asin yaitu kare dan gulai, sampai dengan topping yang serba manis seperti madu, susu kental manis, susu cair, meises, gula, coklat cair, serta berbagai jenis es krim.
"Dengan memakai topping Roti Maryam bisa dijual Rp 7000-10.000," katanya.
Selain Roti Maryam, paket bisnis ini juga dilengkapi produk sambosa semacam risoles isi berbentuk segitiga dengan berbagai rasa.
Sebagai ilustrasi sambosa isi keju dan coklat untuk harga ke mitra Rp 12.400 per pack dengan isi 10 potong. Harga jual konsumen Rp 15. 000 per pack kondisi beku.
Sementara untuk sambosa daging harga untuk mitra Rp 17.400 per pack dengan isi 8 potong. Harga jual untuk konsumen Rp 20.000 per pack kondisi beku.
American Risoles dijual untuk harga ke mitra Rp 19.900 per pack isi 8 potong. Harga jual konsumen Rp 22.500 per pack kondisi beku.
"Tahun depan kita ada rencana buka pabrik produksi di Cikampek, hasil produksinya dalam bentuk beku," katanya.
Menurutnya si mitra tak perlu khawatir dengan skema bisnis ini karena sebelum bergabung akan ada klausul-klausul yang akan menjadi kesepakatan kedua belah pihak. Khusus untuk pemilihan lokasi, pihak Rofa akan melakukan survey tempat terlebih dahulu.
"Lokasi yang cocok, yang dekat-dekat kantor, sebagai makanan cemilan dan sarapan," katanya.
Konsep kemitraan ini menjanjikan balik modal dengan cepat meskipun sangat tergantung dengan kemauan dari si mitra. Ramadhiyan mengilustrasikan berdasarkan pengalaman si mitra bisa balik modal dalam tempo 3,5 bulan sudah balik modal.
Ia mengakui ada beberapa mitra yang 6 bulan belum balik modal, ini sangat tergantung dengan usaha si mitra. Menurutnya untuk bisa 3,5 bulan bisa balik modal maka rata-rata harus mampu menjual 500 potong Roti Maryam per hari.
Dari sisi jaminan keamanan dan kehalalan pangan, pihak Rofa Food saat ini masih mengurus izin-izin dari berbagai instansi seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan dan Mejelis Ulama Indonesia untuk sertifikasi halal.
Tertarik?
Silakan menghubungi:
Rofa Food Indonesia
Jl. Raya Condet No.9 (Samping Masjid Al-Hawi) Jakarta Timur
email: husein@rofafood.com atau riyan@rofafood.com
(hen/qom)
Nah, CV Rofa Food Indonesia pengembang kemitraan Roti Maryam atau yang biasa dikenal dengan Roti Cane mencoba melakukan terobosan dengan memberikan garansi bagi paket kemitraan yang telah dibeli investor. Pihak Rofa menawarkan pengambilalihan pengelolaan operasional sementara bagi si mitra yang belum mampu memutar usaha dengan sukses.
"Kalau diambil alih, kita coba dulu, operasionalnya untuk recovery kalau sudah bagus kita serahkan lagi ke mitra," kata General Manager Marketing CV Rofa Food Indonesia Ramadhiyan dalam perbincangannya dengan detikFinance.
Berdasarkan pengalaman, proses recovery semacam ini bisa berlangsung dua bulan. Kondisi semacam ini terjadi karena faktor pribadi si mitra yang belum sepenuh hati untuk mengelola bisnis BO. Ramaddhiyan menuturkan umumnya banyak ibu-ibu mau coba-coba saja sehingga perlu suntikan semangat wirausaha.
Namun kata Ramadhiyan, skema itu adalah kemungkinan terburuk dari usaha kemitraan Roti Maryam. Umumnya dari 70 mitra yang saat ini sudah bergabung, sebagian besar berjalan lancar sesuai ekspektasi.
"Kita sebelum memulai kita tanamkan semangat kepada mitra. Mottonya sekali bendera dikerek ke atas pantang turun lagi," katanya.
Ia menjelaskan konsep kemitraan Roti Maryam baru dimulai sejak Januari 2011, meski sejatinya usaha ini sudah dikelola sejak 2001. Produksi roti maryam yang selama ini menjadi makanan khas Timur Tengah dikembangkan oleh pasangan Muniroh dan Fauzi Husein asal Condet. Berangkat dari keahlian membuat roti maryam yang biasa dikonsumi untuk makanan di rumah, akhirnya pasangan ini memutuskan menjadikan bisnis yang menjanjikan.
"Sebelum Pak Husein Fauzi (putra pendiri Rofa Food) aktif, masih dikelola secara tradisonal," katanya.
Ramadhiyan menjelaskan sebagai makanan yang belum begitu familiar bagi masyarakat Indonesia, pasar Roti Maryam tetap menjanjikan. Roti Maryam banyak dikonsumsi oleh konsumen keturunan Timur Tengah di Indonesia. Khusus kawasan Sumatera, roti ini relatif sudah banyak penggemarnya di luar kalangan Timur Tengah.
"Sudah ada 70 gerai, awalnya hanya di Condet. Semuanya masih di Jabodetabek, paling jauh di Bandung Jalan Soekarno-Hatta," katanya.
Beberapa cafe dan rumah makan di Jakarta telah menjadi mitra Rofa Food antara lain Sisha Cafe Citos, Sisha Cafe Kemang, Little Baghdad Kemang, Cafe Cendana Joglo, RM Raden Saleh, RM Sate Tegal Abu Salim Condet, RM. Lebanon Sabang dan lain-lain.
"Pelanggan kami diantaranya dari Singapura, Brunei dan Malaysia, banyak yang pesan dari salah satu agen kami," jelas Ramadhiyan.
Bagi investor yang berminat, Rofa Food menawarkan paket bisnis Rp 10 juta yang mencakup booth stand kios (gerobak), freezer display, alat promosi, spanduk dan brosur dan web. Seperti paket BO lainnya, para mitra akan mendapat pelatihan mengelola bisnis Roti Maryam ini.
Ia menjelaskan untuk urusan margin, si mitra memiliki kebebasan untuk memperoleh keuntungan. Menurutnya dari harga bahan baku satu potong Roti Maryam dalam kondisi belum matang atau beku dijual Rp 5000, maka si mitra sudah bisa mengantongi keuntungan Rp 1500 per potong.
Untuk bisa mendapat margin yang lebih tebal, paket tawaran bisnis ini juga memberikan kebebasan bagi si mitra untuk menjual produk variasi Roti Maryam seperti pemberian topping asin yaitu kare dan gulai, sampai dengan topping yang serba manis seperti madu, susu kental manis, susu cair, meises, gula, coklat cair, serta berbagai jenis es krim.
"Dengan memakai topping Roti Maryam bisa dijual Rp 7000-10.000," katanya.
Selain Roti Maryam, paket bisnis ini juga dilengkapi produk sambosa semacam risoles isi berbentuk segitiga dengan berbagai rasa.
Sebagai ilustrasi sambosa isi keju dan coklat untuk harga ke mitra Rp 12.400 per pack dengan isi 10 potong. Harga jual konsumen Rp 15. 000 per pack kondisi beku.
Sementara untuk sambosa daging harga untuk mitra Rp 17.400 per pack dengan isi 8 potong. Harga jual untuk konsumen Rp 20.000 per pack kondisi beku.
American Risoles dijual untuk harga ke mitra Rp 19.900 per pack isi 8 potong. Harga jual konsumen Rp 22.500 per pack kondisi beku.
"Tahun depan kita ada rencana buka pabrik produksi di Cikampek, hasil produksinya dalam bentuk beku," katanya.
Menurutnya si mitra tak perlu khawatir dengan skema bisnis ini karena sebelum bergabung akan ada klausul-klausul yang akan menjadi kesepakatan kedua belah pihak. Khusus untuk pemilihan lokasi, pihak Rofa akan melakukan survey tempat terlebih dahulu.
"Lokasi yang cocok, yang dekat-dekat kantor, sebagai makanan cemilan dan sarapan," katanya.
Konsep kemitraan ini menjanjikan balik modal dengan cepat meskipun sangat tergantung dengan kemauan dari si mitra. Ramadhiyan mengilustrasikan berdasarkan pengalaman si mitra bisa balik modal dalam tempo 3,5 bulan sudah balik modal.
Ia mengakui ada beberapa mitra yang 6 bulan belum balik modal, ini sangat tergantung dengan usaha si mitra. Menurutnya untuk bisa 3,5 bulan bisa balik modal maka rata-rata harus mampu menjual 500 potong Roti Maryam per hari.
Dari sisi jaminan keamanan dan kehalalan pangan, pihak Rofa Food saat ini masih mengurus izin-izin dari berbagai instansi seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan dan Mejelis Ulama Indonesia untuk sertifikasi halal.
Tertarik?
Silakan menghubungi:
Rofa Food Indonesia
Jl. Raya Condet No.9 (Samping Masjid Al-Hawi) Jakarta Timur
email: husein@rofafood.com atau riyan@rofafood.com
(hen/qom)
http://finance.detik.com/read/2011/09/26/103346/1730236/480/legitnya-tawaran-bisnis-roti-maryam-rofa